Nama : Winda Destariani
NIM : 06101008016
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya
Pengertian Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme berawal dari pandangan kognitivisme. Kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu kontruktivisme memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Proses belajar dan mengajar sebelum menerapkan teori konstruktivisme, lebih cenderung menekankan keaktifan pada guru yang mengajar. Ilmu yang diterima oleh siswa cenderung berasal dari ilmu yang disalurkan oleh guru terhadap siswanya, bukan hasil dari usaha dan keaktifan siswa itu sendiri.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuan mereka sendiri berdasarkan kematangan atau kemampuan kognitif yang mereka miliki.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Jadi teori kontruktivisme adalah pembelajaran untuk mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
· Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
· Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
· Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Ciri-Ciri Pembelajaran secara konstruktivisme
· Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar.
· Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
· Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid.
· Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
· Menggalakkan dan menerima daya usaha dan autonomimurid.
· Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru.
· Menganggap pembel ajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran Menggalakkan proses inkuirimurid melalui kajian dan eks perimen.
Prinsip-Prinsip Konstruktivisme.
· Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
· Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
· Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
· Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
· Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
· Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
· Mencari dan menilai pendapat siswa.
· Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
o Konstrukstivisme Individu
Hal yang paling mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah meniadakan faktor guru dalam proses pembelajaran, justru sebaliknya lah yang terjadi. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi, melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.
o Konstruktivisme sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda.
Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika
Dalam proses pembelajaran matematika, banyak siswa yang berpendapat bahwa matematika adalah mata pelajaran yang tidak disukai dan dirasa sulit, hal itu dapat terjadi karena disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor, yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal.
Dalam pembelajaran matematika guru berperan sebagai pemimpin sekaligus fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai individu yang belajar. Oleh karena itu usaha-usaha yang dilakukan guru akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Misalnya ketika mempelajari tentang Barisan dan Deret. Sebelum masuk ke inti materi, guru dapat menjelaskan garis besar materi tersebut dengan contoh yang konkrit, misalnya menggunakan bola dan dipantulkan yang dianalogikan dengan barisan dan deret. Hal itu untuk mempermudah siswa memahami materi barisan dan deret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar