Minggu, 25 Desember 2011

Tips : 8 Keterampilan Mengajar

Kali ini mengenai hal yang semestinya dimiliki oleh seorang calon guru dan terutama guru itu sendiri. Karena ini sangat berkaitan dengan kegiatan sehari-hari di sekolah yaitu, "Keterampilan Dasar Mengajar" yang saya pelajari pada mata kuliah Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika (DPPM).
Keterampilan dasar mengajar ini diantaranya :

Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut

Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.

Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan


Pendidikan Matematika Realistik

Sejarah PMR

            PMR tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal.  Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University, Belanda. Nama institut diambil dari nama pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905 – 1990), seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda.
            Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan.   Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi).  Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dari berbagai situasi (konteks), yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang lebih formal.  Model model yang muncul dari aktivitas matematik siswa dapat mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematik yang lebih tinggi.

Rabu, 14 Desember 2011

Problem Solving

Nama : Winda Destariani
NIM : 06101008016
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika

PROBLEM SOLVING
Pengertian Problem Solving

            Problem solving adalah proses dimana seorang siswa menerima tantangan berupa persoalan matematika yang memerlukan penyelesaian dalam persoalan tersebut, tetapi penyelesaian itu ditentukan atau didapat dengan cara yang tidak langsung dan tidak mudah ditentukan karena soal yang diberikan tersebut merupakan soal non-rutin sehingga memerlukan proses pengaplikasian segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa dan memerlukan ide matematika dari siswa tersebut.


Konstruktivisme

Nama : Winda Destariani
NIM : 06101008016
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya

Pengertian Konstruktivisme
            Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme berawal dari pandangan kognitivisme. Kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.  Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu kontruktivisme memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Proses belajar dan mengajar sebelum menerapkan teori konstruktivisme, lebih cenderung menekankan keaktifan pada guru yang mengajar. Ilmu yang diterima oleh siswa cenderung berasal dari ilmu yang disalurkan oleh guru terhadap siswanya, bukan hasil dari usaha dan keaktifan siswa itu sendiri.